Jumat, 28 Desember 2018

Contoh Cerpen Anak- Di Balik Indahnya Villa Anggrek


Di Balik Indahnya Villa Anggrek
Oleh : Mira Iriani

“Hadi… Ayo bangun! Mau ikut mandi di sungai nggak?”Randi berteriak membangunkan adiknya.
“ Iya.. tentu saja aku mau bang, memang itu yang aku impikan sebelum liburan di sini” dengan segera Hadi melompat keluar dari selimutnya dan bergegas mengambil peralatan mandi, dengan terbirit-birit Hadi mengejar abangnya yang sudah berangkat duluan.
Suasana pagi ini di sungai samping rumah Paman Yono memang ramai dari biasanya, mungkin karena hari minggu dan awal liburan pula.
Sudah terlihat ramainya orang melakukan kegiatan di sungai beberapa orang laki-laki dewasa tampak mandi di bagian agak ke hilir, beberapa orang ibu- ibu sibuk dengan cuciannya, dan sekelompok anak-anak tampak asyik mandi sambil main air.Mereka tak menghiraukan dinginnya air sungai pagi itu.
Dengan segera Randi dan Hadi ikutan nimbrung ke dalam sungai tersebut dan segera menikmati dingin nya air sungai di kaki bukit tersebut.
“Bang..lihat deh ke arah sana, indah sekali villa yang di atas bukit itu ya, bang? “ tiba-tiba Hadi menunjuk ke arah bukit. Randipun mengikuti arah telunjuk adiknya dengan pandangan mata, dan benar di atas bukit sana berdiri dengan indahnya sebuah villa yang diberi cat putih, sekeliling villa tersebut ditanami dengan pohon-pohon dan yang lebih indahnya lagi, sebuah taman anggrek beraneka warna turut menghiasi villa tersebut.
“Iya..ya indah sekali villa itu, pak, pak villa yang di atas bukit itu siapa yang punya ya pak? Boleh nggak kalau kita berkunjung ke sana?”Randi bertanya pada seorang laki-laki separuh baya yang sedang mandi di sampingnya.
“Wah jangan, dek jangan ke sana, villa tersebut kelihatannya saja indah tetapi sebenarnya angker, sudah banyak lho orang-orang yang pergi ke sana tapi nggak pernah ada yang bisa pulang, kata-kata orang sih villa itu ada penghuninya, lebih baik jangan ke sana dek” Lelaki separuh baya tersebut menjawab dengan panjang lebar.
Jawaban laki-laki tersebut membuat kedua remaja tersebut jadi penasaran dalam pikiran mereka “ apa iya di zaman secanggih ini masih ada penghuni- penghuni begituan, seperti yang dibilang bapak tadi.
Dengan masih penasaran selesai mandi mereka segera pulang ke rumah paman Yono, sepanjang perjalanan mereka tidak banyak bicara, sepertinya asyik dengan pikiran masing-masing.
Ketika sarapan pagi, rasa penasaran itu tambah menjadi-jadi.Hal itu mereka utarakan kepada paman Yono.“ Paman, kata orang, villa indah yang ada di atas bukit sana angker ya paman, apa benar begitu?” dengan tak sabaran Hadi bertanya pada pamannya.
“Dari mana kalian tahu perihal villa tersebut?” paman Yono menanggapinya dengan acuh tak acuh.
“Tadi dari bapak-bapak yang ada di sungai itu.” Jawab Randi.
“Entahlah, pamanpun juga tidak tahu pasti, sejak paman tinggal di desa ini enam bulan yang lalu memang sudah terdengar cerita seperti itu, katanya villa itu angker, ada penghuninya, siapa yang pergi ke sana pasti tidak akan bisa kembali lagi, sehingga paman lihat penduduk sepertinya enggan menjawab kalau ditanya perihal villa itu, katanya takut kena tulah, tapi entahlah nggak usahlah kalian pikirkan, kalian kan ke sini untuk liburan, ya sudah nikmati saja liburannya” jawab paman sambil menghabiskan sisa kopinya. Paman segera menyudahi diskusi pagi itu.
Rasa penasaran yang menggebu-gebu masih menyelimuti hati kedua remaja kota tersebut. Sampai pada malam harinya mereka tidak bisa tidur dengan nyenyak.
“Hadi, kamu sudah tidur?”Tanya Randi perlahan, takut membuat sepupunya Rahmat terbangun.
“Belum bang, mataku nggak mau diajak kompromi nih, aku kefikiran terus sama villa anggrek di atas bukit sana, masa iya ada villa seindah itu meminta korban manusia? Nggak masuk akal rasanya, bang.”
“Abang juga merasakan seperti itu Di, ransanya ada yang janggal” tukas Randi.
“Aku sih sudah dari dulu penasaran, tapi karena nggak ada orang yang mau diajak kerjasama ya terpaksa rasa penasaranku itu aku simpan aja dalam lemari”.Tiba-tiba Rahmat menyahut dari dalam selimutnya.
Kedua sepupunya serentak menoleh kearah Rahmat.“Beneran nih Mat, kamu juga penasaran, kirain kamu juga ikuta penduduk desa ini, terpengaruh cerita villa anggrek angker itu” jawab Hadi masih perlahan, takut terdengar oleh pamannya di kamar sebelah.
“Ya, sudahlah bagaimana kalau besok kita pergi ke villa tersebut, kita berangkat selesai sarapan, tapi jangan kasih tau paman kalau di kasih tau pasti kita tidak diizinkan” Randi segera menyudahi pembicaraan malam itu.
Selesai sarapan pagi, mereka menunggu pamana Yono berangkat ke kantor kelurahan tempatnya bekerja. Tak lama berselang setelah paman Yono berangkat, mereka pun bersiap-siap, dengan alasan ingin melihat-lihat pemandangan desa, mereka berpamitan pada bibi Fatimah.
Mereka bertiga berangkat menuju ke villa anggrek, Rahmat sebagai penunjuk jalan karena Rahmat sudah lebih enam bulan tinggal di desa ini, maka sedikit banyaknya Rahmat sudah tau jalan.
Ternyata jalan ke villa tersebut tidak terlalu sulit, ada jalan setapak yang biasa di gunakan oleh pencari kayu bakar yang menuju ke arah villa itu.Nafas mereka agak sedikit ngos-ngosan ketika mendaki jalan yang menanjak agak tajam.
Selesai melewati jalan mendaki tersebut, mereka sudah berada di samping pagar villa anggrek yang berdiri megah, catnya yang berwarna putih berpadu dengan sentuhan ornament kayu yang berwarna coklat sungguh kontras dengan sinar matahari pagi yang berkilauan menerangi rumah tersebut.
Mereka segera menghalau rasa kagum yang membuat terlalu lama terpesona.Ingat misi yang sedang diembannya, mereka segera bergerak ke arah villa tersebut.Dengan hati-hati mereka membuka pintu gerbang pagar yang terbuat dari kayu ulin, ternyata pintu tersebut agak sulit dibuka, dengan mengeluarkan tenaga ekstra mereka berhasil membukanya.
Randi masuk terlebih dahulu, diikuti oleh Rahmat dan terakhir Hadi.Mereka segera sembunyi di balik segerombolan tanaman anggrek bulan yang sedang mekar bunganya.
Dengan memperhatikan keadaan sekitar yang aman-aman saja saja mereka mulai bergerak dengan hati-hati ke arah pintudepan. Pintu tersebut berdebu dan ada sedikit sarang laba-laba yang bergelantungan di daun pintu.Penyelidikan dilanjutkan, mereka dengan mengendap-endap berjalan menuju ke samping rumah, banyak sampah daun-daunan kering yang berterbangan ditiup angin.Sampai di halaman belakang, mereka menghampiri pintu yang merupakan akses masuk ke dalam rumah.
Randi memegang handel pintu untuk membukanya, tetapi pintu tersebut keras, seolah-olah terkunci. Ketika memegang handel pintu kening Randi tiba-tiba berkerut, seperti ada yang dipikirkan.
“Ada apa bang, ada yang aneh ya?” Hadi bertanya.
“Ya nih, coba kalian perhatikan handel pintu ini bersih nggak ada debunya seperti pintu depan, jarring laba-labanya juga nggak ada” Randi menjelaskan pada kedua adiknya.
“Ya..ya.. aneh ya bang, kalau begitu kita harus cari tau keanehan yang lain” tukas Rahmat dengan semangat.
“Ayo..penyelidikan dilanjutkan” kata Hadi sambil mengepalkan tinjunya dengan semangat.
Ketiga kakak beradik tersebut segera mencari-cari celah yang bisa di pakai untuk mengintip ke bagian dalam villa.Rahmat memberi kode sebuah lubang dia temukan di sampan sebuah jendela yang kusennya sudah lapuk.Rahmat mengintip terlebih dahulu, tiba-tiba wajah Rahmat memucat, dengan penasaran kedua sepupunya bergantian mengintip.
Tampak di dalam ruangan dapur, seorang laki-laki separuh baya tertidur pulas di atas kursi goyang dari jati.Di atas meja dapur terletak berbagai macam bentuk dan ukuran botol kaca dan bahan-bahan kimia.Bau bahan kimia menusuk hidung mereka.
Dengan segera Randi menarik tangan kedua adiknya agar menjauhi tempat itu.Mereka memilih tempat persembunyian dibalik rumpun semak yang tumbuh rimbun di sudut halaman belakang.Setelah di rasa situasi aman, mereka berbicara dengan berbisik-bisik.
“Benar kan dugaanku, aku   rasa memang villa ini nggak ada penghuni angkernya, Hadi kamu ingat nggak bapak- bapak yang kita tanyai perihal villa ini di sungai kemarin, sepertinya laki-laki yang tidur di dapur itu dia deh” papar Randi.
“Aku pun berpikir begitu pas melihat orang yang tidur itu bang, pasti ada yang nggak beres nih dengan villa ini” jawab Hadi.
“Kalau begitu bagaimana kalau kita cari petunjuk yang lainnya lagi?” tawar Rahmat.
“Oke..Siapa takut!” jawab Hadi dengan semangat.
Dengan semangat tapi tetap hati-hati mereka melanjutkan mencari petunjuk di sekitar halaman belakang villa tersebut.Tak berapa lama Randi member kode agar kedua adiknya mendekat, Randi menujuk ke tanah pada bekas tapak sepatu yang tampak di halaman belakang itu.Bekas sepatu itu sepertinya tidak hanya milik seorang saja.Setelah mereka perhatikan dari jejak sepatu itu, ada dua orang yang berjalan miring bergandengan seperti membawa barang yang berat.
Mereka terus mengikuti jejak sepatu yang mengarah keluar dari halaman belakang, ada pintu kecil untuk keluar dari sana. Dengan cepat namun waspada tiga saudara itu terus mengikuti jejak tersebut.
Ternyata di luar pagar tersebut ada jalan setapak yang menuju ke arah jalan besar yang bisa di lalui mobil. Alangkah kagetnya mereka ketika ada sekitar lima orang laki-laki yang kelihatannya sedang tawar menawar barang yang ada dalam sebuah peti.
Salah seorang dari laki-laki tersebut mengeluarkan sebuah bungkusan plastik yang berisi pil-pil kecil dalam jumlah banyak.Tiga saudara itu saling berpandangan, terjawab sudah kecurigaan mereka.Dengan cepat Randi mengambil inisiatif menelpon paman Yono melalui telpon genggamnya.
Tak lama berselang paman Yono datang bersama pak lurah, keamanan desa dan lima orang polisi. Kelima orang tersebut sangat kaget mendapat kepungan yang mendadak tersebut.Mereka di amankan termasuk laki-laki yang tidur di ruangan dapur.
Ketika sampai di kantor lurah, laki- laki yang tidur di ruangan dapur itu terus memandangi tiga saudara dengan pandangan yang aneh. Dengan iseng Rahmat berseloroh “ Pak, udah berapa orang sih penduduk desa yang di jadikan tumbal oleh Villa anggrek “angker” itu?, sekarang mereka udah pada bebas kan pak?”
Ketiganya tertawa mengiringi tahanan itu dibawa oleh mobil polisi. (*)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.